Bangsa yang besar adalah
bangsa yang berkomitmen membangun sektor pendidikannya. Sejarah
pun telah membuktikan bahwa negara seperti Jepang, Amerika Serikat,
Yunani dan negara-negara maju lainnya, membangun bangsa dengan tahapan
perdananya berorientasi untuk mencerdaskan kehidupan bangsa serta menghargai
berkembangnya ilmu pengetahuan.
Dalam kesempatan ini, kita
akan mencoba mengkaji system pendidikan di Jepang. Jepang dipilih karena
keunggulan yang dimiliki dalam sistem pendidikannya dan saat ini, Jepang
merupakan salah satu negara di Asia dengan sistem pendidikan
terbaik. Tahun 1970 sistem pendidikan Jepang sudah mampu mencapai
tujuan-tujuan yang dicanangkan, dalam waktu “hanya” sekitar 25 tahun.
Tingkatan pendidikan di
Jepang sama dengan di Indonesia yaitu dengan menggunakan sistem 6-3-3 (6 tahun
SD, 3 tahun SMP, tiga tahun SMA) dan Perguruan Tinggi. Pendidikan Sekolah Dasar
dan Sekolah Menengah Pertama digolongkan sebagai Compulsory Education dan Sekolah Menengah Atas
digolongkan sebagai Educational Board.
Di Jepang juga diterapkan
dengan istilah wajib belajar 9 tahun. Karena sifatnya yang “wajib”, jadi jika
ada warga negara yang melanggar, maka akan dikenakan sanksi. Untuk mendukung
program ini, semua biaya pendidikan akan digratiskan baik dari segi biaya
pendidikan maupun fasilitasnya seperti buku-buku dan lainnya.
Di Jepang Pendidikan dasar
tidak mengenal ujian kenaikan kelas, tetapi siswa yang telah menyelesaikan
proses belajar di kelas satu secara otomatis akan naik ke kelas dua, demikian
seterusnya. Tidak ada sistem kenaikan kelas dan ujian kenaikan kelas atau
kelulusan di SD, SMP, karena SD dan SMP masih termasuk kelompok compulsory
education, sehingga siswa yang telah menyelesaikan studinya di tingkat SD dapat
langsung mendaftar ke SMP. Selanjutnya siswa lulusan SMP dapat memilih SMA yang
diminatinya, tetapi kali ini mereka harus mengikuti ujian masuk SMA yang
bersifat standar, artinya soal ujian dibuat oleh Educational Board.
- Kurikulum TK : level pendidikan taman kanak-kanak (TK), di Jepang lebih cenderung merupakan lembaga pengembangan dan pelatihan kebiasaan sehari-hari. Karena itu pendidikan di level TK bukanlah pengajaran, tatapi lebih tepat disebut pendidikan.
- Kurikulum SD : sifat dan karakteristik kurikulum di Jepang hampir sama dengan kurikulum SD di Indonesia.Hanya yang membedakan adalah pada mata pelajaran kebiasaan hidup yang umumnya diajarkan di kelas 1 dan 2. Tujuan utama diajarkan mata pelajaran ini adalah untuk mengenalkan dan membiasakan anak-anak pada pola hidup mandiri. Daripada mengajarkan mata pelajaran IPA dan IPS, Jepang lebih memilih memperkenalkan tata cara kehidupan sehari-hari. Pembelajaran utama seperti bahasa Jepang dan berhitung mempunyai porsi yang lebih dibanding pelajaran lainnya. Sedangkan pelajaran moral diadakan sekali dalam seminggu dengan penekanan pada sisi non-akademis dan dijalankan melalui rutinitas sekolah dan interaksi sehari-hari seperti pembersihan kelas dan kegiatan makan siang di sekolah. pendidikan bersifat estetik berupa musik dan menggambar juga diajarkan dalam porsi besar di kelas 1 dan 2.
- Kurikulum SMP : Untuk pendidikan SMP, kurikulum menitik beratkan pada pendidikan bahasa Jepang, matematika, IPA dan IPS. Sedangkan pendidikan bahasa asing seperti Inggris dan Jerman tidak diwajibkan dan hanya bersifat pilhan bagi murid. Disini mereka akan dipersiapkan untuk ujian masuk SMA.
- Kurikulum SMA : Ada tiga macam jenis pendidikan menengah atas, yaitu sistem full-time, part-time, dan korespondensi. Sistem full time membutuhkan waktu 3 tahun, sedangkan dua sistem yang lainnya memerlukan waktu lebih dari 3 tahun.Sifat khas kurikulum SMA adalah kompleksnya pelajaran yang diajarkan. Contohnya pelajaran bahasa Jepang yang mulai dikelompokkan menjadi literatur klasik dan modern. Penjurusan dilakukan di kelas 3, jurusan yang ada meliputi IPA dan budaya/sosial. tetapi seiring berjalannya waktu penjurusan mengalami perkembangan karena banyaknya lulusan SMA yang memilih akademi yang terkait dengan teknik, pertanian, perikanan, kesejahteraan masyarakat, dan lain lain.
Di Jepang memperlakukan
kegiatan belajar di luar secara berkala, mereka mengunjungi tempat-tempat
bersejarah dan lahan pertanian atau perkebunan untuk belajar memetik teh, jeruk
dan menggali umbi-umbian, bahkan sampai belajar menanam padi di sawah. Di lain
waktu, siswa secara berkelompok diajarkan cara menumpang kereta (densha)
untuk melatih kemandirian, selain itu diselingi kegiatan wawancara dengan
berbagai narasumber kemudian menjadi bahan untuk presentasi di depan kelas.
Sepertinya untuk menghasilkan
sumber daya manusia yang berkualitas tidak hanya bergantung pada sistem
pendidikan itu sendiri, tapi setiap sistem dan orang di dalamnya seperti guru
dan para pelajar pun harus ikut mendukung untuk mencapai visi dan misi yang
sama. Jadi, Jepang dalam menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas pun
tidak semata-mata dengan hasil instan tapi dengan proses yang hampir sama
dengan negara maju lain pada umumnya. Well, setiap kelebihan pasti ada kekurangan, termasuk juga sistem
pendidikan di Jepang. Terlepas dari itu semua, kita harus mengakui bahwa Jepang
memiliki sistem pendidikan yang bisa dibilang nyaris sempurna.